JAKARTA, BISNISMONDIAL – Badan Gizi Nasional (BGN) mengedepankan pendekatan persuasif dalam upaya memberikan pemahaman tentang pentingnya asupan Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi generasi muda di Papua.
Hal itu itu disampaikan Kepala BGN Dadan Hindiana di Jakarta, Jumat, menanggapi penolakan sejumlah pelajar di Papua terhadap program MBG.
“Kami sedang mengerjakan tugas membangun SDM yang berkualitas untuk masa depan. Dan ini adalah hak setiap anak di Indonesia mendapatkan makanan yang berkualitas,” katanya.
Dia mengatakan program ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di seluruh Indonesia untuk memastikan setiap anak mendapatkan akses makanan bergizi sebagai hak dasar mereka.
Dadan memahami penolakan yang terjadi, mungkin disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai manfaat program ini. Untuk itu, BGN akan bekerja sama dengan pemerintah daerah di Papua untuk menyampaikan informasi secara persuasif dan edukatif kepada masyarakat.
“Yang berhak menolak ya sementara kami maklumi dan mungkin belum tahu manfaatnya. Nanti kami secara persuasif dengan pemerintah daerah akan menyampaikan hal-hal terkait makan bergizi,” ujarnya.
Dia menegaskan BGN tetap menghormati keputusan masyarakat yang memilih untuk tidak mengikuti program tersebut. “Kalau yang tidak ingin, ya kita tidak penuhi dulu, karena itu hak mereka. Kalau yang berhak menolak kan ngapain kita paksakan, tapi kami akan persuasif karena pentingnya untuk generasi mendatang,” ujarnya.
Dalam pelaksanaan pendekatan persuasif ini, BGN akan mengutamakan dialog dan sosialisasi melalui berbagai saluran, termasuk pertemuan dengan tokoh masyarakat, pemuka agama, serta melibatkan kader-kader kesehatan lokal.
Sebelumnya, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan, bersama Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) pernah membahas perlunya ketersediaan pangan lokal dalam program MBG. Hal itu dimulai dengan menggelar webinar bersama pada September 2024 lalu dengan menghadirkan Gerald Bidana selaku Kepala Dinas Pendidikan Kab Pegunungan Bintang, kemudian pakar dan akademisi dari Universitas Jember dan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Dalam pembahasannya, semua sepakat untuk mendorong keberhasilan program MBG, namun dalam konteks Papua, khususnya Papua Pegunungan, maka perlu menghadirkan pangan lokal. “Ketersediaan pangan lokal sangat perlu sehingga perputaran ekonomi lokal berkembang, kemudian anak didik juga tidak dibiasakan tergantung dengan makanan luar yang belum tentu sehat,” ujar Gerald dan Dudi Hendrawan dari IPB. [KS-05]